Resensi Novel (1) ; The Lord God Made Them All

 

Identitas Buku :

Judul Buku      : The Lord God Made Them All
Pengarang       : James Herriot
Penerbit          : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit   : 2016
ISBN              : 978-602-03-2595-8
Tebal Halaman : 576 halaman
Panjang Buku  : 20 cm

Sinopsis Buku :

James Herrriot kembali menceritakan berbagai pengalamannya sebagai dokter hewan di pedesaan Yorkshire. James, yaang baru pulang bertugas dari Perang Dunia II, sekarang berperang melawan penyakit dan kecelakaan yang menimpa binatang-binatang di Skeldale serta padang-padang sekitarnya. Ada wajah-wajah baru yang mengisi hari-harinya: Putranya, Jimmy Herriot, yang berumur empat tahun, Humphrey Cobb dan Myrtle, anjing kecilnya, Norman, asisten dokter yang kutu buku, serta banyak lagi lainnya. James juga melakukan perjalanan tak terlupakan ke Rusia, naik kapal barang bersama ratusan domba. Cerita-ceritanya selalu menyentuh hati, penuh tawa, dan kebaikan.


Buku "The Lord God Made Them All" ini aku beli saat tahun 2019, di sebuah bazaar buku. Aku tertarik dengan buku yang satu ini, karena ditulis sendiri oleh James Herriot, seorang dokter hewan. Buku ini adalah novel terjemahan, namun bahasa dan diksi dari buku ini sendiri tetap dapat diikuti dengan mudah oleh para pembaca. Selama membaca novel ini, kamu akan disuguhkan dengan cerita-cerita James Herriot ketika menangani penyakit-penyakit hewan yang jauh berbeda dan membutuhkan tenaga dan perjuangan lebih ketimbang dengan penyakit manusia pada umumnya.

Novel ini mengisahkan tentang sang penulis, yaitu James Herriot, yang biasa dipanggil oleh masyarakat sekitar dengan panggilan "Mr. Herriot". Mr. Herriot ini bekerja di sebuah klinik dokter hewan kecil di kawasan pedesaan Yorkshire, yaitu pedesaan yang benar-benar terpencil. 

Tiap kali aku selesai membaca satu bab di novel ini, pasti aku selalu menggeleng-geleng heran sekaligus takjub dengan pengalaman Mr. Herriot saat bekerja menjadi dokter hewan. Terutama dokter hewan di tempat terpencil seperti pedesaan Yorkshire. Banyak sekali cobaan untuk Mr. Herriot tiapkali mendapat panggilan dari seorang klien.

Mr. Herriot tak jarang juga mendapat panggilan saat hari libur, dimana seharusnya ia menikmati hari itu bersama istri dan anak tercintanya. Baru melahap sesuap roti, telepon rumah sudah berdering, dan dari seberang sana selalu terdengar suara peternak yang panik akan lembu nya yang tidak mau makan lah, kambingnya yang diare, atau seekor domba betina yang perlu dibantu untuk melahirkan.

James Herriot sangat mampu mengemas setiap ceritanya dengan penuh kehangatan, humor yang pas, dan kecintaannya terhadap pasien-pasien dan para pemiliknya. 

Dari semua bab di buku tebal ini, aku menyukai dan menikmati semuanya. Namun, ada satu bab yang terus lekat di pikiranku. Bahkan setelah dua tahun yang lalu, sampai sekarang pun bab 8 lah yang terus melekat hingga kini.

Yaitu kisah si Bella, sapi betina milik Mr. Bushell, seorang peternak yang hari itu memanggil Mr. Herriot untuk membantu proses melahirkan Bella secara caesar dibantu dengan rekan kerjanya yang saat itu masih mahasiswa, yaitu Norman Beaumont. 

Dalam kasus itu, Mr. Herriot nyaris membuat nyawa Bella dan bayi kecilnya terancam karena ia dan Norman melakukan sebuah kesalahan, yaitu ia yang berniat mengiris lendir rahim Bella, namun malah mengiris organ pencernaan. Sehingga isi perut Bella beserta makanan-makanan didalam lambungnya yang belum sepenuhnya tercena, bocor ke dalam perut Bella. 

Namun semuanya berakhir dengan baik dan lancar karena kepiawaian Mr. Herriot. 

Tak hanya itu, banyak lagi pengalaman Mr. Herriot yang membuat kita menjadi ikut merasakan kelelahan seorang dokter hewan. Mr. Herriot juga tak hanya menangani hewan-hewan ternak saja. Hewan-hewan peliharaan rumahan seperti anjing Maltese yang tersedak tulang, atau kepala kucing Anggora yang terjebak didalam kaleng pun mampu ia selesaikan tanpa membuat pasiennya merasa tidak nyaman.

Walau tangannya harus kena gigit oleh anjing yang mengamuk saat diobati, atau dadanya tertendang oleh banteng yang sedang berada dipuncak birahi pun Mr. Herriot terkadang merasa kewalahan, namun sebisa mungkin ia mengobati pasiennya dengan perlakuan yang sangat lembut.

Terkadang pun selalu ada klien yang memanggilnya saat tengah malam untuk memeriksa seekor kuda ternak yang berdiri kaku diujung kandang. Hal ini tentu saja menyita waktu tidurnya dibawah selimut yang hangat. 

Ada banyak lagi kisah-kisah Mr. Herriot yang bagus dan mengharukan. Membaca karya James Herriot tak cukup hanya membaca resensi dan review-nya, kamu harus membaca bukunya untuk meresapi setiap kebaikan yang memancar dari sosok sederhana dokter hewan ini. 



"Jika memiliki jiwa berarti bisa merasakan cinta, kesetiaan, dan rasa syukur, maka hewan lebih baik dari kebanyakan manusia."





Komentar

Postingan Populer